Thursday, April 26, 2012

Catatan Selatan BDG



Dan Senin itu siang saya masuki kawasan Rancabali dengan motor. Sama seperti Feb '11.
Bedanya saat itu saya diboncengi teman saya, dan sepanjang jalan sesekali saya nyanyikan lagu parodi Bruno Mars, Only from Afar (You're beautiful only from afar ^^V ). Rute, waktu, kondisi dan tujuannya pun  berbeda.
Tahun dari Bandung, kita berangkat sekitar jam 10 untuk habisi liburan Imlek, sedang Senin itu hanya untuk hilangkan bosan di rumah, uji motor yang baru diservis kemarin harinya.
Tahun lalu saya masuk areal Kawah Putih dan bayar cukup mahal untuk boleh masuk areal kawah yang bagus itu lewat gerbang hingga berkilometer berdua lewati jalan terjal agak sepi. Lalu dari objek kawah putih, seperti yang saya siapkan dari rumah, masuk kawasan Cimanggu Hotsprings dengan bayar uang masuk lalu usainya beli batagor. Sebelum pulang ke arah Selatan, ke masjid Hidayah Rengganis lalu pulang, Malam sampai Bandung kembali setelah sempat ke DU menyimpang.

Senin itu saya sendiri dengan tas punggung melaju ke Rancabali dan terus ke selatan. Lewati pintu masuk kawah Rengganis dan dapati perkebunan teh sejuk sepi. Ingat pertama kali kemari, saat itu laga Persib-Persiwa di Siliwangi, saya tingkat 3 sepertinya, sekitar dua tahun silam 2010.

Ada spot bagus 9 km arah selatan dari objek Situ Patenggang dimana ada bukit kecil dengan anak tangga di sisi kanan jalan dengan pemandangan luas Rancabali yang memikat.

Terus melaju siang itu sekitar 14.00 ke arah Selatan, saya agak lelah dan jenuh hingga jalankan motor agak pelan. Hingga keluar dari perkebunan teh perusahan Nusantara dan Melania estate Rancabali hingga masuki pintu gerbang perbatasan Kabupaten Cianjur, Desa Balonggede sekitar 13 kilometer, dan kecamatan Naringgul di 23 km kemudian.
Jalan di bagian tempat rusak sampai ke Naringgul. Di sisi-sisi jalan yang berbukit ada tampak air terjun dan sangat hijau oleh tetumbuhan, kawasan itu hutan.

Di kawasan pusat kecamatan Naringgul ada kantor Polsek Naringgul dan banyak pemukiman serta ada SMPN 1 Naringgul. Namun kawasan pemukiman disitu tidak lama, hanya sekitar sepanjang 3 km atau kurang, hingga saya kembali masuk hutan dengan jalan yang jauh lebih buruk.

Toh ini bukan jalan terburuk yang saya pernah lalui, tapi ini jalan yang panjang dan sangat sepi. Terkadang sekitar 30 menit atau lebih melintas juga angkutan umum berwarna pink dan biru tua dengan rute Sindang Barang - Ciwidey, terlihat di atas muka mobil elf.

Hingga bensin saya mau habis dan mengincar penjual bensin 2 tak disana. Saya sampai juga di warung kecil pinggir jalan, sekitar 11 km di selatan Naringgul. Dengan bapak tua penjual bensin itu saya berbincang tentang tempat ini dan Cidaun.

Ternyata Cidaun hanya tinggal 14 km dari warung itu, tampak dari penunjuk km di pinggir jalan yang kebetulan tepat berada depan warung itu. Di tugu batu itu tertulis, BDG 219, CDN 13, NRG 11. Dari tugu batu itu bisa kita tahu ada dimana. Ternyata jarak 219 km adalah hasil dari pengambilan rute memutar dari Bandung lewat Cianjur di arah barat lalu ke selatan ke daerah Naringgul itu. Aslinya dari Bandung ke Cidaun hanya sekitar 94 km.

Dan benar Cidaun adalah kawasan berpantai. Pantai yang bagus adalah Pantai Pelabuhan Jayanti. Tempat yang sangat sepi, yang beberapa kali sempat saya lihat dpromosikan Aher, Gubernur Jabar di teve. Ternyata jalannya buruk rupa, batu kali, hutan dan lewati banyak pinggir jurang.

Usai beli 2 liter bensin, 12 ribu saya putar ke arah Utara, kembali ke peradaban setelah puas cengkrama dengan alam di hutan Cianjur selatan. Ada toilet umum pinggir jalan yang bersih sekali dan sangat kota di pinggir jalan, walau tak ada penjaganya. Ada kerbau beberapa yang dilepas sepanjang jalan. Mengingatkan saya dengan hal serupa di Gunung Gelap, Garut ke arah Pameungpeuk. Ada juga beberapa air terjun di pinggir jalan, agak mirip dengan di jalan menuju PLTA Saguling, juga di Cianjur, namun disini jauh lebih sepi dan agak lebih alami lagi. Saat itu sore hari cerah, si curug membiaskan cahaya hingga terbentuk jelas garis pelangi di situ. Ada satu jembatan dengan kali berbatu besar nan sepi.

Benar saja saya sampai lewat Maghrib di Ciwidey, saya isi perut dengan dua mangkuk kecil bubur kacang dan roti di pasarnya malam itu. Dan lanjut menuju rumah. Benar saja dugaan saya, tidak siang tidak malam jalan Nanjung kebul berdebu buat motor dan jaket kotor oleh debu, dan yang paing menyebalkan adalah truk-truk besar yang buat pengendara lain harus berebut menyusul atau bersabar mengikuti di belakang dengan kebul (debu jalan).

Lalu ketika saya lihat di google map ternyata Sindang Barang ada di sekitar 20 km arah barat dari Cidaun, jalan menyisir pantai. Lalu saya cari artikel mengenai daerah itu dari gugel dan temui banyak turing dilakukan ke daerah Cidaun. Tentang air terjun di hutan itu disebut Curug Ceret.

Alternatif wisata daripada pantai Cidaun adalah pantai Rancabuaya, yang jalurnya tidak lewat Ciwidey melainkan Banjaran-Pangalengan. Tunggu saja, saya ingin ke Pangalengan, ke kawasan Gunung Puntang, tapi malas jikalau harus ke situ dengan banyak truk, membuat harus sabar menunggu. Tidak seperti Senin itu sepanjang jalan Naringgul-Rancabali sekitar pukul 17.00 lewat, saya melaju dengan motor sambil hitung tugu-tugu kilometer sepanjang jalan. Ternyata selain yang besar, ada juga penunjuk kecil tiap 100 meter dengan tulisan 1-9. Tugu kilometer yang tidak terperhatikan itu sangat membantu untuk mengetahui jarak tiap kecamatan. Ada beberapa dirusak, jatuh sehingga tak lagi berdiri, malah ada dicat, sehingga angkanya tak tampak lagi.








No comments:

Post a Comment

komentari dengan santun dan hati