Monday, September 17, 2012

Brigif Cimahi Pindah Lokasi


Sudah sekitar 3 minggu kebelakang, sejak lebaran puasa 2012, Pasar tumpah Brigif yang biasanya berada di komplek Brigade Infantri 15 - Kujang (Lapang Rumput) di sisi jalan tol Purbaleunyi dipindah ke area di gunung bohong, Padasuka, Cimahi Tengah.

Kebijakan ini, setahu saya diambil oleh komandan Brigif teranyar.
Walaupun tempat baru ini relatif lebih gersang dari tempat lama, karena belum diaspal seluruhnya, tidak mengurangi animo masyarakat Cimahi dan sekitarnya untuk datang di Minggu pagi.

Selain Brigif, pasar tumpah di Kota Cimahi yang ramai di Minggu pagi adalah kawasan Car Free Day, Pemkot Cimahi.

Kalau di Kota Bandung, pastilah pasar tumpah Gasibu, Car Free Day Dago, Jl. Merdeka, Buah Batu, atau kawasan Metro Bandung. Sementara di Kabupaten Bandung sendiri ada kawasan Car Free Day Pemda /Pemkab Bandung dan di sebelah timur di Cibiru, pasar tumpah Cipadung. Sedangkan di Kabupaten Bandung Barat, saya kurang tahu pasar tumpah, selain pasar Tagog dan Lembang, barangkali ada pusat keramaian sekaligus olah raga Minggu Pagi di kawasan Kota Baru Parahyangan, Cilame, Ngamprah, Cisarua, Parongpong atau Lembang.

Sedangkan Minggu, 16 September lalu saya pergi ke pasar tumpah Brigif yang direlokasi ke tempat baru itu, hanya beberapa ratus meter dari pemukiman saya di Jl. Panembakan Selatan / di Lapang Tembak.






 





Friday, September 7, 2012

bapa lima detik

adalah panggilan sayang saya selain bapa gang motor, bapa bibir seksi, sir-sir nyot-nyot, pak Yao ming, selama jadi tenaga ajar di salah satu SMP negeri di kota Bandung semester lalu.
Tiap panggilan punya subab musabab diberikan anak-anak yang saat itu beru kelas VIII.
Bapa lima detik, karena saya tergolong guru yang rajin saat itu, tiba di kelas begitu bel masuk atau pergantian jam pelajaran berbunyi.
Bapa gang motor, karena saat itu saya yang baru mengenal gang motor bernama SBR (Sabar Motorcycle Gang) sering meminta murid untuk me-follow akun @SBRgang dan sering pula diintrogasi murid mengenai sepak terjang gang yang bermottokan "Disayang Tuhan" ini.
Bapa bibir seksi, barangkali karena bibir saya memang tebal dan aduhai.
Sir-sir nyot-nyot, karena Sir adalah panggilan hormat murid pada guru Bhs. Inggris dan mereka sering memanggil saya dengan 'Sir' berulang, hingga timbullah panggilan 'Sir-sir'. Sementara nyot-nyot muncul setelah saya berikan mereka contoh iklan minuman absurd, susu Real good, yang mana iklannya seperti ini: "Nyot nyot dikenyot-nyot".
Yang terakhir, bapa Yao-ming, nama panggilan ini diberikan beberapa murid wanita berhubung postur tubuh saya yang menjulang sekitar 180 centi-an.

Dan setiap kali saya ditanya apa kuncinya agar memiliki postur tubuh yang menjulang, saya sudah siapkan beberapa jawaban:
- rajin berolahraga, salah satunya dengan lompat boneka, gerakan lompat dengan mengayunkan kedua tangan dan kedua kaki
- rajin mengkonsumsi susu, karena mengandung kalsium untuk pembentukan tulang
- posisi tidur dengan kaki lurus, bukan dilipat, karena saat tidurlah terjadi pertumbuhan
Dan saat saya kembali ke sekolah itu, masih juga saya dapati panggilan-panggilan macam bapa lima detik, pak Yao-ming dan Sir-sir, hehehe.

dan berikut beberapa penampakan sekolah tersebut:


backgound ibu guru adalah kelas IX- I, yang mana taun ini mereka udah kelas X di SMA masing-masing



jajaran ruangan baru kelas VII (total kelas VII ada 9, bersiswakan cuma 28-29)

  ruang kelas VIII-H yang semester lalu saya ajar, sedang dirombak buat kantin yang besar

 murid pindahan dan keadaan Aula saat pembinaan di hari Senin

Sunday, September 2, 2012

Jalan-jalan ke Bandung Jadoel (Jaman Doeloe)

Saya temukan juga arsip gambar-gambar yang agaknya tampak seperti gambar kartu pos Kota Bandung yang terbit tahun 1960-80an.
Sebenarnya sudah agak lama saya simpan gambar-gambar ini -Maret 2012, namun baru pada Agustus lalu saya temui lagi karena berkas yang ada arsip-arsip ini terselip dan tersembunyi.

Bagaimana pendapat anda melihat gambar-gambar berikut ini?
Bandingkan dengan keadaan tempat-tempat yang sama saat ini?
Sungguh enak kiranya tinggal di beberapa dekade yang lampau, kota Bandung tak seramai sekarang, panas dan macet dimana-mana.



Tempat Piknik yang terletak di perbatasan Kab. Bandung Barat - Kab. Subang, Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu. Mobil retro dalam aneka warna dan tidak ada pedagang cinderamata, penyewaan kuda tunggang atau warung-warung makan di sepanjang jalan!


Berhubung motto kampus saya bukan "In Harmonia Progressio", saya tidak terlalu hafal kampus ITB namun agaknya bangunan dalam gambar ini tidak terlalu asing. Yang jelas di gambar terlihat kampus di jalan Ganeca ini masih sangat asri.




Jalan Asia Afrika Bandung dalam gambar ini sangat lengang, hanya sedikit sepeda, becak dan motor. Dulunya ternyata tidak satu arah ataupun padat seperti sekarang. Bangunan hotel yang dijadikan tempat inap peserta Konferensi Asia-Afrika berdiri megah dan sering muncul di buku sejarah anak sekolah.



Alun-alun Kota Bandung dan Masjid Raya Jawa Barat tampak sangat lain. Taman Alun-alun masih belum ditata seperti sekarang yang lebih luas namun panas. Dengan pagar pendek, sedangkan sekarang pagarnya mencapai tinggi 2 meter!
Bangunan Masjid belum terkena renovasi dengan tiga kubah besar dan dua menara setinggi 20 lantai. Kubah masjid justru terlihat unik karena tidak umum lagi sekarang, apalagi bentuk menaranya.
Bangunan di belakang masjid tampak masih sangat terawat, tidak seperti sekarang terbengkalai dan berkesan kumuh.

Villa Isola yang kini menjadi gedung rektorat Universitas Pendidikan Indonesia. Di depannya tampak taman Partere / Isola yang diteduhi pohon beringin yang sebesar dibandingkan dengan sekarang. Namun kolamnya terlihat masih sama, pun dengan orang-orangnya lagi nongkrong.
Diseberangnya masih kosong, padahal sekarang berdiri gedung Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni setinggi 5 lantai.

 Gedung Sate tetap terlihat anggun, namun pesonnya bertambah dengan taman yang ditata lebih sederhana dibanding taman Gedung Sate sekarang dan tanpa pagar! Apalagi jalanan lengang hanya dilewati motor bekjul, becak, dan pejalan kaki wanita.
Kalau sekarang image Gedung Sate agak angkuh karena terpagari sebab menjadi favorit pendemo pemerintah melakukan aksinya, dalam gambar ini Gedung Sate tampak bersahaja.