Itulah mereka anak zaman sekarang yang dibekali orangtuanya laptop serta gadget-gadget canggih pada dewasa ini. Mereka adalah generasi yang memanfaatkan kemajuan teknologi mutakhir dengan cari-cari sinyal WiFi untuk sambungkan gadget seperti laptop atau komputer kapsul dengan koneksi internet.
Beberapa bahkan banyak sudah bawa modem sendiri. Mereka akan berbagi dengan sesamanya mengenai server wireless mana yang cepat. Apa sandi untuk gunakan jaringan wireless yang dikunci. Saling bantu sesama untuk koneksikan ke internet, dan rupa-rupa.
Beberapa anak punya dan maintain blognya dengan sangat bagus. Luar biasa, bahkan blog mereka miliki visitor di atas 17.000 dan sekian ratus orang penjuru dunia sambangi blog anak itu yang berisikan cheat beberapa game populer.
Pun dengan situs komunitas terbesar Indonesia, KasKus.us. Banyak dari mulai anak seumuran 12-13 tahun sekarang aktif dengan forum-forum dalam KasKus. Komentari thread kaskuser lain, atau bahkan buat thread sendiri. Saya temui bahkan ada yang untuk belajar posting sebuah thread, anak lelaki usia 13an buat thread buka-bukaan [BB 17+] di KasKus.
Mereka dapat akses berbagai informasi dalam internet, benar. Siapa sangsikan? Informasi penting sampai ke trivia. Dari informasi tentang pelajaran sekolah sampai gambar dan video dewasa atau malah sadis, semacam Disturbing Pictures. Mereka bagikan file-file yang menurutnya menarik.
Misalnya gambar, lagu, video, atau aplikasi yang umumnya permainan. Mereka adalah anak yang buka laptopnya saat ada presentasi di kelas oleh guru atau murid lain untuk mainkan game, nonton sesuatu dariYouTube, atau kerjakan proyek lain mereka.
Tuntutan pada mereka memang 'lebih' dari apa yang dituntutkan pada anak-anak sekolah beberapa tahun ke belakang. Kemudahan informasi buat generasi wireless dibebani tugas-tugas sulit dari gurunya yang berhubungan dengan Internet.
Sementara anak pun bahkan jadi malas karena pekerjaan rumah untuknya hanya tinggal dikerjakan dengan salin tempel dari Internet, dari situs informasi populer misalnya, Wikipedia.
Selain sinyal wireless, yang mereka incar dimanapun adalah colokan listrik, stekker untuk hidupkan atau charge baterai gadget elektronik canggihnya. Beberapa sekolah sediakan banyak sekali colokan listrik di ruang kelas. Kadang seringkali beban listrik besar buat mati lampu, namun biasanya listrik bisa dihidupkan dengan segera.
Situs sosial adalah ajang buat mereka generasi wireless untuk apresasi diri. Mereka pasang status tentang hal yang dia lakukan atau pikirkan, tiap unek-unek mulai dari persekolahan, lawan jenis, kegemaran seperti game, bola, film, dll. Foto-foto mereka unggah pada Facebook atau Twitpic. Komentari sesamanya, hingga bahkan terjadi kasus Internet Bullying.
Saya temukan beberapa internet bullying tahun lalu, saat foto seorang siswi diunggah temannya dan dikomentari dengan olokan dan komentar sinis teman lainnya. Lalu saat siswi tsb komentari sesuatu topik, beberapa teman kelas baik perempuan atau lelaki komentari dengan olok-olok. Miris. Mereka anak kelahiran '98 dan itu terjadi pada awal tahun 2011, dan bibitnya sudah ada bahkan sejak 2010. Pun sampai sekarang, saya yakin masih terjadi, mungkin permanent sifatnya dan pastinya punya dampak psikologis besar bagi korban online bullying.
Anak itu sepengetahuan saya memang tidak miliki fisik menarik, terkesan kurang cantik. Dia cukup aktif dan rajin komentari temannya atau berbincang dengan pengajar, walau nilai pelajarannya agak kurang. Salut saya padanya karena dia tegar, walau dapat diskriminasi dari teman kelasnya. Pernah saya lihat matanya agak berair, karena komentar pedas siswi lain yang centil (dan cantik) tajam padanya. Dia tegar saja, mengeluh pada si pengajar agar dibela, lalu kemudian senyum kembali. ;)
Satu lagi contoh penyalahgunaan internet oleh generasi wireless menurut saya, saat save foto-foto kecengan dari facebook misalnya. Parahnya sampai ambil gambar si kecengan secara candid, dan itu diulang terus si pelaku. Obsesi pada kecengan buat pelaku lakukan spying atas kegiatan targetnya.
Padahal dia tahu, selama apapun pelaku pandangi potret sang target, berapa banyakpun potret target yang pelaku koleksi, serta apapun yang dia lakukan pada foto target tidak akan buat si target suka dia. Solusinya, tentu saja tarik perhatian target bukan save potret-potret si target dan jadikan sebuah obsesi.
Gunakan situs sosial untuk tebar pesona, bagaimana? Menurut saya sih jangan pasang status alay ataupun galau, foto-foto alay, atau item aneh lainnya (berbau seks misal, atau sesuatu yang ekstrim).
Jangan terlalu sering update status, mungkin juga. Karena akan buat lawan jenis bosan dengan anda yang terlalu publik.
Komentari target dengan komentar yang menarik tentunya. Jangan yang standar karena hanya akan buat target bosan. Buat si target penasaran dengan komentar yang agak menjatuhkan si target misalnya, tapi tentunya jangan lakukan dengan kelewatan.
Kasihan teman saya, wanita Libra kelahiran 89, shio Ular. Gadis baik, imut, supel, namun di profil Facebooknya seorang temannya yang gak jelas juntrungannya menandai teman saya itu di beberapa foto yang sangat mengganggu, seperti orang gila telanjang, dan gambar vulgar orang telanjang lain di tempat umum. Risih saat lihat teman saya itu ditandai pada gambar seorang lelaki dengan kelaminnya.
Yikes. She's too good for that pictures. She doesn't deserve being treated like that. To Hell with her facebook friend who tagged her in those grossing portraits!
Salahnya dari teman saya itu karena tidak check profil facebooknya tiap hari di komputer. Baru setelah beberapa minggu, saya dapati foto itu dihapus dari profilnya.
Generasi wireless agaknya bukan cuma untuk anak sekolah saja. Kini sampai ke orang dewasa pun sambungan wireless sangat berharga. Namun tetap, yang paling cocok dengan istilah ini adalah mereka yang tumbuh dewasa dari masa remaja atau bahkan masa kanak-kanak yang dijejali kemudahan sambungan wireless sialan.
No comments:
Post a Comment
komentari dengan santun dan hati