Malam Ahad pada Maret 3 2012, bertempat di selatan Bandung, dekat jalan raya Soekarno-Hatta, di kawasan Metro Indah Mall, beberapa kaum muda Bandung datang dari arah Utara, dari Dago dalam dua rombongan besar: rombongan satu bersama sang ketua perkumpulan (gang), Yocki Kay dan istri, teh Puji Pratiwi Ayuningtias, diiringi beberapa anggauta lain: Hisyam Luthfiana, Lutfi Muhamad, Fahmi Hilman Nuryadi, Khoeruman Taos, Yusman Ginanjar, serta Raden Iwenk Ridwan; serta kloter satunya yang tertinggal jalannya, terpisah sedari kawasan Gasibu, Bandung: Yodi Somantri, Aditya Pratama, Ratna Waldorf, Ega Aji, Jejen, Boby Yan, Egi Sugianto, serta Aan. 16 orang gangster SBR itu meluncur dari kawasan Gelap Nyawang dengan sebelas kuda besi berbagai jenis, dari vespa, bebek, matic dan sebuah motor lelaki ke daerah Margahayu menghadiri undangan sang Imam Besar tidak bertanggung jawab Negara Kesatuan Republik The PanasDalam Serikat, Haji Pidi Baiq.
Setelah melibas jalanan malam Bandung malam hari yang dingin dan padat, melewati daerah Suci, Padasuka, Ahmad Yani, jembatan layang Kircon, kloter dua menyisi, beristirahat beberapa menit di pertokoan Kiara Condong yang macet oleh lampu merah dan beberapa angkot yang berhenti dan ambil jalan semaunya. Ketimbang ambil jalan lurus ke Kiara Condong yang sangat padat malam itu, sekitar pukul 21.00, Yodi mengarahkan rombongan ambil jalur menyisi kawasan perindustrian senjata PT. Pindad yang relatif jauh lebih senggang dengan ambil belokan ke kiri. Tembuslah dari sana ke jalan raya Soekarno-Hatta, dengan berputar lewat jalur mobil ke tengah, sampailah kloter kedua SBR yang ‘Disayang Tuhan’ ke Venus Cafe, Metro, tempat berkumpul mereka dengan Ayah (panggilan Pidi Baiq). Disana anggota bertambah dengan kehadiran Dani Yusuf Sani, yang tidak ikut dari semula dari Hayam Cola, Gelap Nyawang.
Usai menunggu sekitar setengah jam di kawasan itu, muncullah dari Selatan, sedan merah Pidi Baiq. Setelah beberapa kali memilih spot ‘pewe‘ untuk ngobrol, dimulailah acara obrolan kami malam itu.
ketua kami SBRgang: Yocki Kay dan istri: Puji Pratiwi Ayuningtyas
dan inilah Surayah :
Obrolan malam itu agak berbeda dengan pertemuan kami malam minggu sebelumnya di kawasan Monumen Perjuangan, DU dan sebuah kafe di jalan Riau, yang banyak menyenggol-nyenggol tema persetubuhan dan hal dewasa lainnya (18+), menyusul masih hangatnya pernikahan serta bulan madu Yocki dan Puji ke Jokja. Serupa dengan setiap obrolan kami dengan Pidi Baiq, selalu diisi tawaan. Namun beberapa petuahnya cukup dalam. Berikut di antaranya, sob, mangga: ^^
Islam adalah agama yang sangat reformis. Dalamnya tak ada hal-hal baru. Semuanya, yang ada dalam Islam adalah penyempurnaan dari agama-agama yang ada sebelumnya, Yahudi dan pagan. Semisal ucapan seorang Yahudi pada nabi SAAW, “Asamu’alaikum” -yang berarti: kurang lebih: Celakalah Kamu! atau Bedebahlah Kamu!-, nabiallahu ganti menjadi “Assalamu’alaikum” -kata yang jauh lebih indah maknanya: Selamatlah Atas Kamu!-, kemudian ibadah-ibadah seperti Shalat dan Puasa, sesungguhnya memang sudah ada sedari zaman Adam as. Rasulullah SAAW hanya menyempurnakan aturannya saja, berdasarkan petunjuk langsung sang Khalik.
Ritual ibadah Thawaf keliling Ka’bah pun ada pada Yahudi, namun Islam ubah aturan keliling Ka’bah Yahudi yang haruskan ummatnya bertelanjang bulat kelilingi rumah Tuhan itu dengan aturan: tidak berpakaian, kecuali menutupi aurat pada badan dengan selembar kain.
Jerusalem atau Masjidil Aqsa di Palestina, Israel sekarang oleh orang Yahudi sejak dulu dijadikan tempat sucinya. Segala peribadatan sembahyang mereka menghadap ke tembok Zeon atau apalah di Jerusalem itu. Islam merubah atau mereformasi tempat tujuan beribadah ke Ka’bah di Mekkah.
Bagian menarik dari perbincangan itu ada pada saat si Ayah lanjutkan ceritanya, bahwa zaman Ibrahim as. hidup kaum pagan yang menyembelih anak-anaknya hidup-hidup sebagai persembahan pada tuhan-tuhan pagan mereka. Ibrahim as ‘sompral’ dengan komentari kaum itu bahwa Allah, tuhannya tidak akan memintanya melakukan perbuatan keji serupa, menyembelih anak kandung sendiri. Namun nyatanya, Allah justru perintahkan beliau dalam mimpinya untuk sembelih putra kesayangannya dengan Siti Hajar, Ismail as. Dengan pasrah dan ikhlas, bapa dari para nabi, Ibrahim as melakukannya juga. Namun Tuhan buat badan Ismail yang semestinya disembelih menjadi domba. Pesan dari kejadian itu adalah persembahan atau pengorbanan pada Tuhan boleh dan harus dilakukan asalkan bukan dengan nyawa manusia, melainkan binatang ternak.
Sebagai agama terakhir yang Tuhan turunkan pada manusia, dan juga sebagai penyempurna semua ajaran nabi-nabi sebelumnya, tidak mungkin Islam membuat aturan-aturan baru atau mungkin revolusikan aturan baru dalam kehidupan atau beribadah ummat. Islam hanya mereformasi ajaran yang ada, menyempurnakannya.
Obrolan dengan sang imam atau akrab disebut Ayah itu berlanjut tentang Televisi Nasional yang sangat penuh ‘taste‘ ibukotanya. Seolah-olah orang-orang televisi, orang ibukota Jekardah itu ingin seleranya diikuti anak cucu Adam se-tanah air. Edan! Muncul ucapan seperti ini malam tadi: ‘Hargai Dirimu! Matikan Televisi!
Ayah kembali ceritakan bahwa mendingan tidak jadi terkenal, dengan begitu kita bisa ‘mencabok’ a.k.a menempiling seseorang tanpa orang itu ingat-ingat selalu. Nanti saat ditanya di kubur, siapa yang cabok kamu? dia tidak akan ingat karena kamu bukanlah orang terkenal.
Yang penting bagimu adalah tampilkan karyamu. Jangan minta dihargai oleh orang. Buat yang terbaik dahulu, nanti pun orang apresiasi sendirinya. Bahkan malaikat pun nanti ‘kan jadi fan dari dirimu, karena ikut baca karya tulismu!
Ayah bilang lagi bahwa dengan tidak inginnya bandnya The PanasDalam yang sudah ada sejak 1995 pergi mainstream, karena setiap yang naik akan turun, setiap yang dinaikan akan diturunkan. Mending teguh dan tetap konsisten, namun tetap berkarya bagus. Dia tidak ingin mencari uang dengan bandnya. Namun dia seringkali dapat uang banyak serta banyak kemudahan lain, berkat efek dari bandnya, The PanasDalam. Contohnya, saat ikuti tender sebuah proyek dengan saingan perusahaan-perusahaan besar ibukota dan Bandung. Dia bisa menaang dari 25 kontender, karena anak si pemilik tender ternyata penggemar lagu-lagu The PanasDalam ini. Pun dulu saat tampil di sebuah universitas swasta, dimana perusahaan rokok sponsor acara tidak mengingini The PanasDalam manggung di acaranya, Rektor di univ swasta itu malah gemar dengan lagu-lagu Pandal, selalu mainkannya saat kuliah di Eropa dulu. PanDal pun manggung. Pun saat isi formulir buat ATM bersama sesepuh, cikgu, Deni Mai Afriansah di suatu bank. Saat mengisi formulir dengan nama Pidi Baiq, karyawan itu kenal dengan karya tulisan Ayah, dan beri kemudahan. Menurut sayahal itulah yang disebut ‘Privilege‘ dalam masyarakat, dulu saat belajar Sosiologi di kelas XI.
Masih dalam acara berbagi malam itu, Ayah bilang: orang indonesia tuh ingini kekuasaan, dengan kekuasaan dia dapat kenyamanan, keamanan, dan kemudahan. Semisal bangga bahwa dia punya saudara tentara, polisi, pejabat, atau apa. Lalu pasang sticker Abri di kendaraan, dll. Itu sebab orang masuk FPI. Dengan gabung FPI, dia bebas dia berkuasa menggedor-gedor kaca pintu mobil orang-orang kaya, naik motor tanpa helm, dll.
Orang kita lebih mengutamakan norma, dibandingkan moral.
Beda dengan orang barat, utamakan moral dari norma, begitu katanya. Asalkan tidak bertentangan dengan apa yang dianut mereka, orang barat sah-sahkan saja sesuatu hal.
Ayah tidak ingin band The PanasDalam masuk Teve, seperti mayoritas band-band di Mtv 100 % Indonesia yang mejeng di teve tapi gak bisa ngomong apa-apa tanpa VJnya tanya. Duduk manis di teve, hanya untuk tampil di teve dan ditanya-tanyai pembawa acara menurutnya perbuatan kampungan. Sama noraknya dengan melambai pada kamera yang tengah ambil gambar.
Pas tahun 2006 saat itu Ayah tampil di Empat Mata. Dia tidak bawa-bawa The PanasDalam, dia sewa orang Jakarta untuk bawakan lagunya dengan mainkan gitar dan biola, dibayar oleh Ayah!
Maka saat ada personil The PanasDalam yang komplain tidak diajak tampil di Teve, Ayah cuma balas begini: ‘Maneh daek maen di Teve?‘ dijawab lagi ‘Henteu‘ oleh si personil itu. Kalau pengen jawabnya, ya tinggal telepon saja Empat Matanya suruh tampilkan personil itu, ternyata malah urung.
Maka saat personil The PanasDalam, seperti Roy Embang dan Budi biola ingin tampil di teve, dia persilakan saja, dengan catatan tidak bawa-bawa The Pandal.
Tahulah kalian, media itu jahat. Mengangkat nama artis lalu menjatuhkannya. Pasti akan ada efeknya pada si artis saat pemberitaan yang gencar dilakukan padanya sebagai selebritis hilang.
Ayah tidak ingin perkumpulan SBR, dan komunitas dalam NKRTPDS itu cuma jadi fans club. Tapi berdiri sendiri dan punya tujuan masing-masing, terlepas dari PanDal. Maka Penduduk, Botram, SBR, dan Komek (Konferensi Meja Kantin) akan ia bantu dengan tawari pada teman-temannya yang pengusaha untuk disponsori kegiatannya.
Dia inginkan ‘penduduk’ untuk berkarya, dia bahkan pinta media seperti Percetakan Bentang untuk terbitkan karya mereka. Radio sekalipun, i-radio Bdg 105.1 fm pernah ajak anak-anak Gang Motor SBR ini tampil on air, pun dengan botram, yang nantinya dibiayai kementerian pariwisata, dan jadi sekolah alam. Ayah pinta radio untuk tampilkan on-air komunitasnya, dan ancam tidak akan mau main ke radio tersebut lagi kalau menolak, hahahaha… Juga saat acara Kick Andi, Selamat Pagi Indonesia, Radio Show, dll memintanya untuk tampil isi acara dan datangi mereka di Jakarta, Ayah selalu tolak dan ia beri alasan beragam.
Komunitas yang sehat tidak seharusnya mengembang, itu yang dia bilang.
SBR, nantinya akan buat Komek a.k.a Konferensi Meja Kantin, jadi berdiri sendiri terpisah dari SBR, keluar. Gelar acara sendiri di kantin kampus-kampus atau bahkan sekolah SMA dan madrasah membahasa suatu tema dengan pembatasan peserta konferensi mahasiswa kampus tersebut, dan diberi narasumber, mau ayah langsung atau temannya seorang doktor asal Eropa, Dr. Retno. Pun dari daerah lain, seperti Karawang -tempat asal Yusman, Aan, Egi, Bobi, dan Jejen- Ayah ingini buat Komek Karawang sendiri.
Penggemar / pengidap PanDal tersebar dimana-mana. Nanti adakan dengan Komek Padang juga, begitu ia bilang.
Di Jokja, The PanasDalam diterima dengan sangat baik masyarakat sana, kenapa? Menurutnya karena dulu beberapa kawasan disitu basis PKI dan mereka kira PanDal itu bawa nilai-nilai komunis seperti PKI juga.
Ayah komentari pertemuannya dengan gang motor SBR di pinggir jalan sepi itu adalah untuk menyerang MTs, ngapain nyerang MTs, toh mereka baik dan sopan?
Komek nantinya harus punya lambang sendiri. Dan sekitar jam 11 petang, usai tenggak kopi hitam panas, kopi susu panas, dan juga milo serta pisang dan hisap beberapa batang rokok. Kami berpisah. Ke tempat kawan kami, vokalis band Lupus, yang pernah ditampilkan tvone dan trans tv, Anggara Surangga Cokro, di tempat kerjanya yang juga jadi tempat transit SBR luar kota di Bandung di bilangan Cicaheum.
Kami bermalam disitu, besok paginya sekitar pukul 8 pagi pada Maret tanggal 4, Nurul Rohimah datang ke warnet tempat kami tidur, kami sempatkan foto-foto. Wajah Angga tampak sayu saat itu karena gak sempat tidur semalaman
berikut beberapa hasil jepret:
bersama Ayah dekat Venus Cafe
tempatnya Anggara Surangga
Setelah melibas jalanan malam Bandung malam hari yang dingin dan padat, melewati daerah Suci, Padasuka, Ahmad Yani, jembatan layang Kircon, kloter dua menyisi, beristirahat beberapa menit di pertokoan Kiara Condong yang macet oleh lampu merah dan beberapa angkot yang berhenti dan ambil jalan semaunya. Ketimbang ambil jalan lurus ke Kiara Condong yang sangat padat malam itu, sekitar pukul 21.00, Yodi mengarahkan rombongan ambil jalur menyisi kawasan perindustrian senjata PT. Pindad yang relatif jauh lebih senggang dengan ambil belokan ke kiri. Tembuslah dari sana ke jalan raya Soekarno-Hatta, dengan berputar lewat jalur mobil ke tengah, sampailah kloter kedua SBR yang ‘Disayang Tuhan’ ke Venus Cafe, Metro, tempat berkumpul mereka dengan Ayah (panggilan Pidi Baiq). Disana anggota bertambah dengan kehadiran Dani Yusuf Sani, yang tidak ikut dari semula dari Hayam Cola, Gelap Nyawang.
Usai menunggu sekitar setengah jam di kawasan itu, muncullah dari Selatan, sedan merah Pidi Baiq. Setelah beberapa kali memilih spot ‘pewe‘ untuk ngobrol, dimulailah acara obrolan kami malam itu.
ketua kami SBRgang: Yocki Kay dan istri: Puji Pratiwi Ayuningtyas
dan inilah Surayah :
Obrolan malam itu agak berbeda dengan pertemuan kami malam minggu sebelumnya di kawasan Monumen Perjuangan, DU dan sebuah kafe di jalan Riau, yang banyak menyenggol-nyenggol tema persetubuhan dan hal dewasa lainnya (18+), menyusul masih hangatnya pernikahan serta bulan madu Yocki dan Puji ke Jokja. Serupa dengan setiap obrolan kami dengan Pidi Baiq, selalu diisi tawaan. Namun beberapa petuahnya cukup dalam. Berikut di antaranya, sob, mangga: ^^
Islam adalah agama yang sangat reformis. Dalamnya tak ada hal-hal baru. Semuanya, yang ada dalam Islam adalah penyempurnaan dari agama-agama yang ada sebelumnya, Yahudi dan pagan. Semisal ucapan seorang Yahudi pada nabi SAAW, “Asamu’alaikum” -yang berarti: kurang lebih: Celakalah Kamu! atau Bedebahlah Kamu!-, nabiallahu ganti menjadi “Assalamu’alaikum” -kata yang jauh lebih indah maknanya: Selamatlah Atas Kamu!-, kemudian ibadah-ibadah seperti Shalat dan Puasa, sesungguhnya memang sudah ada sedari zaman Adam as. Rasulullah SAAW hanya menyempurnakan aturannya saja, berdasarkan petunjuk langsung sang Khalik.
Ritual ibadah Thawaf keliling Ka’bah pun ada pada Yahudi, namun Islam ubah aturan keliling Ka’bah Yahudi yang haruskan ummatnya bertelanjang bulat kelilingi rumah Tuhan itu dengan aturan: tidak berpakaian, kecuali menutupi aurat pada badan dengan selembar kain.
Jerusalem atau Masjidil Aqsa di Palestina, Israel sekarang oleh orang Yahudi sejak dulu dijadikan tempat sucinya. Segala peribadatan sembahyang mereka menghadap ke tembok Zeon atau apalah di Jerusalem itu. Islam merubah atau mereformasi tempat tujuan beribadah ke Ka’bah di Mekkah.
Bagian menarik dari perbincangan itu ada pada saat si Ayah lanjutkan ceritanya, bahwa zaman Ibrahim as. hidup kaum pagan yang menyembelih anak-anaknya hidup-hidup sebagai persembahan pada tuhan-tuhan pagan mereka. Ibrahim as ‘sompral’ dengan komentari kaum itu bahwa Allah, tuhannya tidak akan memintanya melakukan perbuatan keji serupa, menyembelih anak kandung sendiri. Namun nyatanya, Allah justru perintahkan beliau dalam mimpinya untuk sembelih putra kesayangannya dengan Siti Hajar, Ismail as. Dengan pasrah dan ikhlas, bapa dari para nabi, Ibrahim as melakukannya juga. Namun Tuhan buat badan Ismail yang semestinya disembelih menjadi domba. Pesan dari kejadian itu adalah persembahan atau pengorbanan pada Tuhan boleh dan harus dilakukan asalkan bukan dengan nyawa manusia, melainkan binatang ternak.
Sebagai agama terakhir yang Tuhan turunkan pada manusia, dan juga sebagai penyempurna semua ajaran nabi-nabi sebelumnya, tidak mungkin Islam membuat aturan-aturan baru atau mungkin revolusikan aturan baru dalam kehidupan atau beribadah ummat. Islam hanya mereformasi ajaran yang ada, menyempurnakannya.
Obrolan dengan sang imam atau akrab disebut Ayah itu berlanjut tentang Televisi Nasional yang sangat penuh ‘taste‘ ibukotanya. Seolah-olah orang-orang televisi, orang ibukota Jekardah itu ingin seleranya diikuti anak cucu Adam se-tanah air. Edan! Muncul ucapan seperti ini malam tadi: ‘Hargai Dirimu! Matikan Televisi!
Ayah kembali ceritakan bahwa mendingan tidak jadi terkenal, dengan begitu kita bisa ‘mencabok’ a.k.a menempiling seseorang tanpa orang itu ingat-ingat selalu. Nanti saat ditanya di kubur, siapa yang cabok kamu? dia tidak akan ingat karena kamu bukanlah orang terkenal.
Yang penting bagimu adalah tampilkan karyamu. Jangan minta dihargai oleh orang. Buat yang terbaik dahulu, nanti pun orang apresiasi sendirinya. Bahkan malaikat pun nanti ‘kan jadi fan dari dirimu, karena ikut baca karya tulismu!
Ayah bilang lagi bahwa dengan tidak inginnya bandnya The PanasDalam yang sudah ada sejak 1995 pergi mainstream, karena setiap yang naik akan turun, setiap yang dinaikan akan diturunkan. Mending teguh dan tetap konsisten, namun tetap berkarya bagus. Dia tidak ingin mencari uang dengan bandnya. Namun dia seringkali dapat uang banyak serta banyak kemudahan lain, berkat efek dari bandnya, The PanasDalam. Contohnya, saat ikuti tender sebuah proyek dengan saingan perusahaan-perusahaan besar ibukota dan Bandung. Dia bisa menaang dari 25 kontender, karena anak si pemilik tender ternyata penggemar lagu-lagu The PanasDalam ini. Pun dulu saat tampil di sebuah universitas swasta, dimana perusahaan rokok sponsor acara tidak mengingini The PanasDalam manggung di acaranya, Rektor di univ swasta itu malah gemar dengan lagu-lagu Pandal, selalu mainkannya saat kuliah di Eropa dulu. PanDal pun manggung. Pun saat isi formulir buat ATM bersama sesepuh, cikgu, Deni Mai Afriansah di suatu bank. Saat mengisi formulir dengan nama Pidi Baiq, karyawan itu kenal dengan karya tulisan Ayah, dan beri kemudahan. Menurut sayahal itulah yang disebut ‘Privilege‘ dalam masyarakat, dulu saat belajar Sosiologi di kelas XI.
Masih dalam acara berbagi malam itu, Ayah bilang: orang indonesia tuh ingini kekuasaan, dengan kekuasaan dia dapat kenyamanan, keamanan, dan kemudahan. Semisal bangga bahwa dia punya saudara tentara, polisi, pejabat, atau apa. Lalu pasang sticker Abri di kendaraan, dll. Itu sebab orang masuk FPI. Dengan gabung FPI, dia bebas dia berkuasa menggedor-gedor kaca pintu mobil orang-orang kaya, naik motor tanpa helm, dll.
Orang kita lebih mengutamakan norma, dibandingkan moral.
Beda dengan orang barat, utamakan moral dari norma, begitu katanya. Asalkan tidak bertentangan dengan apa yang dianut mereka, orang barat sah-sahkan saja sesuatu hal.
Ayah tidak ingin band The PanasDalam masuk Teve, seperti mayoritas band-band di Mtv 100 % Indonesia yang mejeng di teve tapi gak bisa ngomong apa-apa tanpa VJnya tanya. Duduk manis di teve, hanya untuk tampil di teve dan ditanya-tanyai pembawa acara menurutnya perbuatan kampungan. Sama noraknya dengan melambai pada kamera yang tengah ambil gambar.
Pas tahun 2006 saat itu Ayah tampil di Empat Mata. Dia tidak bawa-bawa The PanasDalam, dia sewa orang Jakarta untuk bawakan lagunya dengan mainkan gitar dan biola, dibayar oleh Ayah!
Maka saat ada personil The PanasDalam yang komplain tidak diajak tampil di Teve, Ayah cuma balas begini: ‘Maneh daek maen di Teve?‘ dijawab lagi ‘Henteu‘ oleh si personil itu. Kalau pengen jawabnya, ya tinggal telepon saja Empat Matanya suruh tampilkan personil itu, ternyata malah urung.
Maka saat personil The PanasDalam, seperti Roy Embang dan Budi biola ingin tampil di teve, dia persilakan saja, dengan catatan tidak bawa-bawa The Pandal.
Tahulah kalian, media itu jahat. Mengangkat nama artis lalu menjatuhkannya. Pasti akan ada efeknya pada si artis saat pemberitaan yang gencar dilakukan padanya sebagai selebritis hilang.
Ayah tidak ingin perkumpulan SBR, dan komunitas dalam NKRTPDS itu cuma jadi fans club. Tapi berdiri sendiri dan punya tujuan masing-masing, terlepas dari PanDal. Maka Penduduk, Botram, SBR, dan Komek (Konferensi Meja Kantin) akan ia bantu dengan tawari pada teman-temannya yang pengusaha untuk disponsori kegiatannya.
Dia inginkan ‘penduduk’ untuk berkarya, dia bahkan pinta media seperti Percetakan Bentang untuk terbitkan karya mereka. Radio sekalipun, i-radio Bdg 105.1 fm pernah ajak anak-anak Gang Motor SBR ini tampil on air, pun dengan botram, yang nantinya dibiayai kementerian pariwisata, dan jadi sekolah alam. Ayah pinta radio untuk tampilkan on-air komunitasnya, dan ancam tidak akan mau main ke radio tersebut lagi kalau menolak, hahahaha… Juga saat acara Kick Andi, Selamat Pagi Indonesia, Radio Show, dll memintanya untuk tampil isi acara dan datangi mereka di Jakarta, Ayah selalu tolak dan ia beri alasan beragam.
Komunitas yang sehat tidak seharusnya mengembang, itu yang dia bilang.
SBR, nantinya akan buat Komek a.k.a Konferensi Meja Kantin, jadi berdiri sendiri terpisah dari SBR, keluar. Gelar acara sendiri di kantin kampus-kampus atau bahkan sekolah SMA dan madrasah membahasa suatu tema dengan pembatasan peserta konferensi mahasiswa kampus tersebut, dan diberi narasumber, mau ayah langsung atau temannya seorang doktor asal Eropa, Dr. Retno. Pun dari daerah lain, seperti Karawang -tempat asal Yusman, Aan, Egi, Bobi, dan Jejen- Ayah ingini buat Komek Karawang sendiri.
Penggemar / pengidap PanDal tersebar dimana-mana. Nanti adakan dengan Komek Padang juga, begitu ia bilang.
Di Jokja, The PanasDalam diterima dengan sangat baik masyarakat sana, kenapa? Menurutnya karena dulu beberapa kawasan disitu basis PKI dan mereka kira PanDal itu bawa nilai-nilai komunis seperti PKI juga.
Ayah komentari pertemuannya dengan gang motor SBR di pinggir jalan sepi itu adalah untuk menyerang MTs, ngapain nyerang MTs, toh mereka baik dan sopan?
Komek nantinya harus punya lambang sendiri. Dan sekitar jam 11 petang, usai tenggak kopi hitam panas, kopi susu panas, dan juga milo serta pisang dan hisap beberapa batang rokok. Kami berpisah. Ke tempat kawan kami, vokalis band Lupus, yang pernah ditampilkan tvone dan trans tv, Anggara Surangga Cokro, di tempat kerjanya yang juga jadi tempat transit SBR luar kota di Bandung di bilangan Cicaheum.
Kami bermalam disitu, besok paginya sekitar pukul 8 pagi pada Maret tanggal 4, Nurul Rohimah datang ke warnet tempat kami tidur, kami sempatkan foto-foto. Wajah Angga tampak sayu saat itu karena gak sempat tidur semalaman
berikut beberapa hasil jepret:
bersama Ayah dekat Venus Cafe
tempatnya Anggara Surangga
No comments:
Post a Comment
komentari dengan santun dan hati