Dulu, suatu hari Minggu pada akhir bulan Januari 2001. Pagi-pagi rumah yang ditempati keluarga saya dipenuhi beberapa kerabat yang membantu mengemasi barang-barang. Keluarga saya sudah menempati rumah tua itu yang ada di salah satu kompleks asrama dinas sejak akhir 1991 -sesuai coretan ayah saya pada pintu kamar dengan spidol saat pertama menempati rumah itu. Saya saat itu sudah menghabiskan sembilan tahun dari umur saya yang masih sebelas saat itu disana agak merasa sedih karena harus pindah ke tempat yang jauh, namun ada juga rasa lega karena telah keluar dari pemukiman dinas itu dan sangat excited untuk segera tinggal di tempat baru.
Pagi itu sekitar pukul 9.00, ayah didatangi tetangga yang menanyai kemana keluarga kami akan pindah. Beberapa perabotan yang sudah ada semenjak kami tempati rumah itu dan juga beberapa perabotan yang kami anggap tak laik diangkut hanya kami tinggalkan. Beberapa perabot itu di antaranya: beberapa meja, kursi, rak, lemari baju, sangkar burung. Juga binatang peliharan kami, beberapa ayam yang menginjak besar kami berikan pada tetangga kami yang dekat meski bukan penghuni kompleks asrama.
Sekitar jam 10 atau lewat, kami pun bergegas menaiki truk kuning yang biasa di pakai untuk angkut perobatan pindahan rumah. Ada seekor beo pemberian pamanku disana, di dalam bak truk bersama seorang kakak sepupu dan beberapa tetangga yang ikut mengantar.
Rumah baru yang akan kami tempati berada sekitar 20 kilometer di sebelah barat kota tempat kami tinggal. Ayahku tidak ikut pergi dengan truk kuning itu. Beliau pergi ke rumah baru yang akan kami tempati dengan motor bekjul nya bersama ibu dan adik ku yang masih berusia empat tahun.
Sekitar kira-kira sejam perjalanan karena sedikit macet di kawasan yang terkenal macet di situ, Jalan raya Padalarang sampailah kami di komplek baru yang akan kami tempati. Jalan-jalan komplek itu tipikal perumahan, dan cukup ramai sudah ditempati. Ada beberapa yang melambai saat truk kuning kami melintas.
Truk kuning itu seperti tipikal truk kuning pengangkut di masa itu. Pada dua sisi baknya serta di pantat truk digambari gambar-gambar atau tulisan menarik. Saya agak lupa tulisan pastinya, seingat saya tulisan itu mengenai putri apalah atau mengenai restu Ibu semacam itu. Saya saat itu bahkan sampai menghapalkan nomor polisi angkutan pengangkut barang itu. D xxxx xx dan seingat saya juga berwarna hitam.
Rumah baru yang akan kami tempati saat itu berada di tengah barisan rumah paling depan blok baru itu. Barisan pertama blok itu telah ditempati kurang lebih tiga dari sepuluh rumahnya. Di depan kami ada tanjakan dan di sisi kirinya ada juga rumah yang sudah ditempati. Di belakang kami beberapa baris rumah blok kami belum ditempati, atau bahkan belum dijadikan rumah masih petak-petak fondasi.
Besok harinya, 22 Januari 2001, saya yang masih melanjutkan sekolah di bangku Sekolah Dasar kelas 6-B di sekolah saya sejak kelas 1. Sekolah yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumah yang dulu saya tempati. Saya tinggal di rumah kakek-nenek saya, orangtua ibu saya di pinggir jalan raya provinsi -jalan yang menghubungkan Cianjur dan Bandung, sehingga pada tiap tahun saat mudik lebaran akan ramai dilewati pemudik dan membuat kita jadi sulit menyeberang.
Saya saat itu jadi salah satu murid sekolah itu yang bertempat tinggal cukup jauh dengan sekolah, selain ada seorang teman saya, Yogi, anak Bu Susi, guru baru pengajar kelas satu yang juga tinggal di kawasan kakek-nenek saya, kecuali dia lebih jauh ke dalam. Dulu kawasan tempat tinggalnya seperti halnya Antapani pada satu dekade lalu, termasuk sepi, karena komplek perumahan itu baru dan dicap kampung, namun sekarang telah ramai ditempati dan dianggap sebagai tempat tinggal yang cukup ideal di kota kami itu.
Jarak rumah tempat tinggal saya yang semula cuma sekitar 20 menit jalan kaki atau bayar 100 rupiah dengan angkot ungu atau hijau yang melintas tiba-tiba saja bertambah jauh pasti. Kini saya harus menunggu angkot oren yang saat itu masih cukup jarang, turun di sebuah taman bernama pahlawan nasional wanita, lalu naik angkot ungu untuk sampai depan SDku atau naik angkot kuning, lalu jalan kaki sekitar 15 menitan bersama anak STM sebelah SDku.
Pagi Senin itu, saya justru salah naik angkot ungu di kawasan segi tiga pasar antri. Biasanya, rute angkot itu lewat pasar Baros dan sekolahan katolik Santa Maria. Namun angkot ungu itu yang dipenuhi kebanyakan karyawan pabrik di kawasan industri -yang kini pasti mereka sudah agak senior dan punya motor sudah lama jadi tidak naik angkot ungu lagi untuk berangkat kerja pagi. Saya yang baru beberapa minggu menginjak usia 11 tahun sudah dikasih tahu kalau angkot ini tidak akan lewat rute normal angkot ungu, melainkan langsung ke kawasan industri melewati jalan yang forbidden untuk angkot. Di ujung jalan itu adalah komplek asrama yang baru saja kemarin keluarga saya kemasi barang-barang untuk pindah di perumahan 'New Found Land'.
Sesampainya di sekolah, beberapa teman menanyai kepindahan rumah saya. Ada juga yang bertanya begini:
"Pindah apaan kamu? Tadi aja aku liat kau jalan dari rumah kau, seperti biasa!"
Semenjak saat itu, saya baru kembali lagi ke komplek tempat tinggal saya dulu itu beberapa minggu terakhir ini. Setelah sebelumnya seringkali komplek perumahan itu dan rumah saya dulu itu saya singgahi dalam mimpi. Disana banyak kenangan masa kecil saya, dengan teman-teman saya, serta keluarga saya. Disana saya habiskan bermain permainan anak-anak kecil dan saya cukup bahagia selama itu bersama tetangga disana dan anak-anak seumuran saya. Kenangan manisnya sangat banyak, walaupun beberapa yang tidak mengenakkan juga hadir.
Banyak perubahan saat belum lama ini saya sambangi tempat itu lagi.
Lebih dari sepuluh tahun lalu disana banyak rumah kosong tak berpenghuni. Jalan jelek tidak diaspal, habya batu, namun justru estetis karena agaknya jalan itu peninggalan Belanda seperti halnya bangunan rumah. Batu-batu itu tersusun rapih di pinggir jalan untuk pembatas juga di tengah. Beberapa tempat ditumbuhi rumput, beberapa tempat digenangi air alias becek. Cat rumah-rumah disana tidak diseragamkan. Rumah dicat seadanya oleh penghuninya, kebanyakan tentu saja putih. Beberapa ada coklat atau krem. Pun dengan kusen daun pintu rumah. Pintu standar saat itu pintu jati tinggi baik polos ataupun dengan kaca, beberapa pintu justru 'custom', seperti rumah no.14 daun pintunya timbul dengan ukiran. Saat itu tidak banyak rumah terparkir mobil, hanya beberapa saja yang terparkir mobil. Di belakang komplek itu hanya sawah dan deru mobil jalan tol. Di depan komplek jalan kecil yang cukup ramai berdebu, beberapa warung ada di tempat itu. Pohon sukun yang ditanam di halaman masjid masih kecil. Dan dulu saat itu, karena saya baru 11 tahun, maka tempat itu terlihat amat luas. Mesjid terlihat besar gagah, dan jarak antar rumah pun jauh. Jalan dalam komplek perumahan asrama itu tampak sangat panjang, bisa jadi saya karena selalu jalan lewati tempat itu sedari masih balita atau digendong ibu saat itu meski terkadang juga bawa sepeda, dibonceng ayahku, atau sesekali naik mobil paman -pada beberapa kali lebaran.
Terakhir saya kesana, pagi-pagi sekitar pukul 8 pada hari Jumat atau Sabtu. Dengan motor biru saya, 11 tahun sejak terakhir saya masuki kawasan bersejarah dalam hidup saya. Jalan sudah diaspal, dan agaknya setiap rumah disana penuh ditempati penghuninya. Konon, ada satu-dua tetangga saya dulu masih juga tinggal di sana, berarti hampir 20 meninggali tempat hunian dinas itu. Di belakang asram telah dibangun gedung pabrik tinggi sekitar 4-5 lantai, yang kalau pagi, bayangannya akan menghalangi sinar matahari jatuh ke komplek itu. Konon, perusahaan itu memberi semacam kompensasi dalam bentuk renovasi lantai atau cat masjid dan juga tiap rumah di komplek tempat saya tinggal dulu itu. Kini tiap rumah disana dicat seragam beserta kusen-kusennya pun begitu. Karena saya bawa motor memutari komplek itu, terasa sangat dekat dan masjid pun terlihat kecil. Saya agak pangling dengan beberapa tempat main saya karena berubah. Jarak yang dulu saya anggap cukup jauh pun jadi sangat dekat sekali. Beberapa pohon besar yang dulu terlihat agak seram sudah ditebang. Pohon sukun depan halaman masjid sudah besar. Di hampir hampir rumah terdapat mobil, ada pembantu sibuk mencuci baju di depan rumah atau menyirami jalanan. Agaknya, kesulitan air yang dulu sempat keluarga kami alami sudah usai.
Saat itu jam kerja, pasti penghuninya bekerja, anak-anak mereka sekolah atau kuliah. Saat itu saat saya masih kecil, belum sekolah, ataupun saat saya sudah sekolah pun kalau saya masuk siang jam 12, saya pastilah sedang menemani ibunda yang mengerjakan tugas ibu rumah tangganya,
atau nonton TV, atau bermain di kawasan sekitar rumah atau sekitar masjid. Bermain mobil-mobilan, gambar, kelereng, atau permainan lain dengan adik saya seorang atau dengan teman-teman. Kadang bermain video games dalam konsol SEGA atau Nintendo, PlayStation belum banyak dipainkan, kecuali di rental, ada yang 100 rupiah/100 detik sampai 2500/jam. Gamenya dulu Smack Down, ada Tori, Xena, dll katanya seksi sekali. Teman-teman saya disana banyak, sebut saja: Ria, Aji, Rani, Riki, Oni, Sakti, Indra, Dita, Adit, Indra, Andika, Ika, Via, Sidik, Tami, Dio, dan lain-lain, serta beberapa tante yang baik hati ke anak kecil macam kami, anak teman kantornya. Selain itu, teman-teman sekolah saya pun sering kali sambangi rumah saya itu, sedari zaman saya masih di bangku taman kanak-kanak.
HOME IS WHERE YOUR HEART IS
IMAH TEH TEMPAT DIMANA HATE SIA
UMAH IKU NENG ENDI ONO ATI KUI
HOME IS WHERE YOUR HEART IS
GRAVEYARD IS EVERYBODY'S FUTURE HOUSING COMPLEX
AKHIRAT ADALAH RUMAH SEJATI KALIAN
EVERYBODY'S FIRST HOME IS IN THE WOMB OF THEIR MOTHER
EVERYBODY'S SECOND HOME IS ON EARTH
EVERYBODY'S LAST HOME IS WHERE THEY WILL BE REVIVED AGAIN RY THE ALMIGHTY
_____________Feb 1st 2012____________________________
dengan soundtrack band Prancis centil Plastiscines juga The PanasDalam, Adele, Lenka, Mocca, La Roux, Alexandra Stan, Kings of Convenience, Frente!, Dolores O'Riordan, Colbie Caillat, Raisa, Depapepe serta soundtracks film-film berikut: Coke Jaw, Wiro Sableng, Wah Cantiknya, Bai Suchen, Si Buta dari Gua Hantu, Let's Go, Hunter X Hunter, Maitentei Conan, Sailor Moon, Ninja Hatori, Nintama Rantaro, lalu Brilliant at Breakfast, Funny Little Dream, Amazing in Bed, C.U.T.s, dan beberapa yang lain
No comments:
Post a Comment
komentari dengan santun dan hati