Pas aku masuk SMP, aku harus belajar dulu di SD selama 6 tahun. Abis Ebtanas selama kurang dari sepekan, dimana aku duduk di jajaran ke tiga baris pertama, dimana saat itu anak 2 baris pertama diisi kaum lelaki kelas B dan 2 baris terakhir di sebelah kanan berisikan kaum wanita kelas A. Ruangannya kalo benar di ruangan aku dulu menjadi kelas 4 suatu SD di suatu Kota di Jabar.
Saat itu yang aku ingat soal-soal Ebtanas cukup sukar, contohnya gambar anak kecil bermain layangan dalam soal Bahasa Inggris, The kids are playing . . .
Puji Tuhan,aku dapat nilai cukup baik. Rataan 8 lebih dan dapat masuk ke SMP favorit di kota asal ku. Karena Ayah Ibuku tinggal di daerah lain, sekitar 17 km dari kota ku. Aku pun tinggal bersama Nenek Kakekku yang tinggal di kota tempat sekolahku.
Jarak rumah nenek dengan sekolah SMP ku hanya 5 km barangkali atau kurang, dan tiap siang aku berangkat sekolah dengan angkutan umum bernama angkot dengan tarif 500 rupiah.
Ketika masa orientasi, siswa baru sepertiku diharuskan membawa beberapa peralatan semisal papan nama dari karton pada dada dan meja, alas duduk dan tas dari karung terigu.
Di hari pertama saat itu, guru-guru beserta staf pegawai berdiri berjajar di depan siswa baru berjumlah tujuh puluh sekian. Angka fantastis dibanding dengan di SD, itu pun belum semua gurustaf pegawai hadir.
Kami yang berseragam SD itu dibimbing kakak kakak kelas dengan diberi penjelasan mengenai sekolahanku yang besar itu. Yang di dalamnya terdapat 4 buah tempat jajan, 1 kantin, 3 warung, sebuah aula olah raga, 3 lab IPA, sebuah perpustakaan, sebuah mushola cukup besar dengan tempat wudhu untuk ikhwan akhwatnya, sebuah lab komputer di lantai dua diatas kantor dan beberapa ruang kelas yang membentuk huruf U, tidak ketinggalan Lapang basket super besar yang digunakan untuk upacara Bendera pada Senin.
Kami kelas 1, saat itu harus masuk siang, karena ruang kelas kami dipakai oleh kakak kelas kami, kelas 2. Hal itu tidak berlangsung lagi sekarang, karena pembangungan membuat tiap murid SMP ku menjadi masuk pagi. 6.45. Saat itu kami angkatan ku yang kelas 1 pulang jam 17.00 atau berapa lupa.
Di saat MOS, aku dapatkan kartu Masa Orientasi Sekolah. Yang dimana disitu fotoku tercantum, beserta nama dan TTL ku.
Di saat MOS, untungnya aku sudah mendapat teman sebangku. Temanku itu, teman SDku dan juga temanku saat dulu di TK. Selain dia, terdapat seorang lagi teman SDku dalam kelasku saat itu, seorang siswi dengan dengan sosok siswa berkulit gelap dan berambut panjang keriting. SDku yang tercinta menempatkan 8 siswa-siswi terbaiknya ke SMP terbaik ke-dua di kotaku itu.
Saat itu, kakak kelas pembimbing kami menceritakan banyak mengenai sekolah baru beserta guru-gurunya serta rangkaian kegiatan dalam MOS. Yang paling ku ingat tak lain adalah saat promosi kegiatan ekskul, yang dinamakan demonstrasi. Di mana saat itu kakak-kakak kelas pembina ekskul saling mempraktikkan kebolehan ekskul masing-masing mendemonstrasikannya. Waktu demo karate, dimana kaka-kaka itu kuat memecah tumpukan bata dengan tangan kakinya, obrolan di antara mereka berlangsung, sbb: "Tenang aja, kalau kenapa-kenapa dekat Rumah Sakit ini!"
Ekskul pecinta alam membawa seekor ular dan menjinakannya, seingatku. Ekskul basket dan bola promosi dengan skill driblle dan lay up lay up serta passing passing. Dengan MC mengutarakan prestasi-prestasi yang diperoleh tiap ekskul. Waktu sebuah ekskul bela diri dengan seragam latihan berwarna hitam berdemo, kami terkesiap karena mereka mahir kendalikan ilmu tenaga dalam mereka. Amazing *-*
Selesai masa orientasi itu, kami sekelas mulai mengenal satu sama lain. Dan wow dibanding dengan di SD dulu cewe disini gak kalah manis gak kalah cantiknya, pun badannya sudah cukup jadi, bersih-bersih. Jalur pulangnya beragam. Ada yang bareng jalan sampai jalan raya untuk menyetop angkot. Ada yang langsung ke rumahnya tanpa ke jalan raya dulu. Teman-teman belok kanan dari gerbang, sebagian belok kiri atau lurus, langsung ke komplek pemukiman.
Di Jalan raya itu beragam angkot melintas. Berwarna oranye dua trayek, hijau empat trayek, sisanya satu trayek berwarna kuning dan ungu. Dekat pasar ada lagi hijau dua trayek lagi, dan ungu satu trayek lagi. Di Jalan Raya Utama ada Bis Damri dan bis-bis lain semisal Madonna dan lainnya. Di selatan SMP ada rel kereta api di mana kadang aku suka menggelengkan uang atau paku di relnya. Sebelah timur dari rel itu sekitar 300 m atau lebih kurang, terdapat stasiun cukup besar. Dekat stasiun itulah terdapat Rumah Sakit besar yang diambil namanya dari nama seorang Pahlawan lokal yang merupakan seorang dokter.
Pulang sekolah, tiap sore, kami yang tinggal di tempat cukup jauh lalu berjalan bergerombol dengan cees ke jalan raya itu untuk naik angkot. Terkadang sengaja berbarengan atau masing-masing tak saling kenal. Nah aku naik salah satu trayek warna hijau dengan tujuan ke arah barat lalu utara untuk kembali ke timur ke kota besar.
Cara menyetop angkot trayek itu dengan menunjuk-nunjuk jari telunjuk ke atas ke arah utara kota kami, kalau mau yang ke timur nunjuknya biasa aja kaya nyetop angkot yang umum, kalau mau yang trayek ke barat nunjuknya ke arah belakang ke barat.
Pulang pergi saat itu aku kelas 1 Smp tarifnya 500 rupiah, seingatku. Padahal kalau pergi akan lebih jauh, karena rute memutar.
Toh, walau sudah diberi ongkos goceng, sering ku pulang pergi jalan kaki. Uangnya bukan cuman buat jajan tapi untuk merental PS yang bertarif 2500sejam sampai yang 1000sejam. Yang mana waktu kelas 2, waktu ku punya sebuah memory card atau lebih sendiri, tiap pulang selalumenyempatkan ke rental langganan tuk main sampai sore. Main Harvest Moon, Winning, Tamiya atau Digimon gamenya di PSX saat itu.
Zaman itu dikit banget yang bawa hape ke sekolah, paling sebagian guru atau orang tua kami doang para murid yang punya.
Pada suatu waktu, aku bersama-sama teman ketika beres Ujian Umum atau THB bermain menaiki Kereta Ke sebuah tempat di Bandung di pusat kota. Dari stasiun sebelum St Hall kami turun bersama, sekitar 6 orang siswa kelas 1 mungkin jumlah tepatnya aku lupa. Satu orang temanku bawa rokok Djarum Black dan menghisapnya, dan menghisap bergantian bersama-sama. Sepele padahal cuman rokok sebatang atau lebih sepanjang perjalanan menyusuri rel. Yang sekarang sepanjang rel dibeton, terdapat Paskal Hyper di tempat yang dulu merupakan padang ilalang, dimana kadang kami temukan secarik celana dalam wanita di situ dengan bercak2 :@
Saat itu, saat kami beberapa pemuda dari satu Sm di sebuah Kota bagian barat Bandung berbagi berbatang rokok untuk dihisap bergantian, nampak sebuah KRD yang lain melintas. Dari arah sebuah pintu dari kereta itu terdengar sebuah teriakan ditujukan pada kami yang tengah menikmati hisapan demi hisapan batang roko itu! Ternyata seseorang dari kelas 1 c tengah naik kereta juga, refreshing dan mendapati kami basah-basah
No comments:
Post a Comment
komentari dengan santun dan hati