Saya pagi di rumah, selepas jam 10 pagi pergi keluar, ke arah Barat dari kota tempat tinggal saya. Sekira pukul 11.11 pagi, saya tengah mencari-cari tempat untuk tunaikan ibadah wajib lelaki muslim mingguan, Shalat Jumat. Saya temukan tempat ibadah yang dulu juga sempat saya singgahi ketika berkunjung ke salah satu bendungan di daerah itu. Di sekitar kawasan dengan embel-embel Raja dalam namanya.
Lanjut melaju terus ke arah Barat setelah itu, doa yang kulafalkan tidak banyak, sekiranya cukup. Terkait inginku tuk terus melaju membuat ban motor itu melahap tiap kilometer jalan. Parkir gratis!
Dari perbatasan ke luar tempat tinggal ku itu, yang ku lihat di angka tempuhan kilometer berakhiran 350 seingatku.
Setelah melaju melahap jalan dan isi bensin untuk 2 liter lebih di tengah jalan, aku sampai di kawasan kabupaten dengan plat nomor F, lalu lewati jalan-jalan yang sudah agak familiar denganku dan angkotnya yang berwarna merah coklat kuning dkk. Lalu melewati istana pasar dan tempat lain yang sudah agak familiar dengan ku. Setahun ini, sekiranya beberapa ruas jalan di kawasan DT II itu sudah kukecap dengan motor ku untuk kedua kalinya bahkan keempat atau keenam kalinya.
Hari itu Jumat, 11 11 11, yang saya ingin lakukan adalah mencapai kilometer jalan terbarat yang ke lewati. Setelah Cianjur, berarti Bogor. Memasuki Cipanas, hawa sejuk menikam kulit, untungnya tidak hujan. Sehingga, saya pun tak juga memakai jas hujan.
Selepas Cipanas, jalanan Puncak pun digilas juga ban gundul motor keluaran 2008 itu.
Terakhir kali lewat Cipanas, sekitar bulan Januari bersama teman-teman ber piknik ria ke TWM, beberapa kilometer sehabis Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor. Saat itu habis hujan, jalan tertutupi kabut hingga beberapa meter saja yang dapat kita lihat dengan lampu kabut.
Hari Jumat itu agak terik, hawa gununglah yang buat sejuk. Di belakang ku dan pengguna jalan lain, mengiung-ngiung sirine polisi. Agaknya dari spion, yang kudapati motor besar polisi membuka jalan bagi beberapa mobil mewah di belakangnya sekitar 8 buah, mereka melaju cepatdan hal itu agak membantu saya melewati beberapa titik macet, dengan bukaan jalan mereka, kendaraan lain pada menepi.
Dua kali rombongan pejabat itu membukakan jalan bagi saya.
Sepanjang jalan, seperti yang biasa didapati di kawasan Puncak penjaja Villa dengan karton atau papan bertuliskan "Sedia Villa Kamar Disewakan". Dan saya mulai tertegun di atas dua roda, membayangkan berapa jumlah semua tulisan bertuliskan hal sama sepanjang jalan meliuk tersebut.
Selain itu, tentu saja yang saya temui di Puncak adalah kebun teh hijaunya. Sama seperti di kawasan perbatasan Lembang-Subang, Ciwidey, Cikalong Purwakarta, lalu selatan garut arah Pameungpeuk. Kawasan kebun teh dingin dan buat saya betah ingin berlama-lama tinggal disitu. Ingin membuat foto di kebun teh, apalagi kebun teh Puncak berbukit dan gunung tinggi penuh dengan kebun teh, sangat keren!
Lalu yang juga saya dapati ialah bendera 11 peserta SEAG XXVI 2011. SEAG ke-26 bukan hanya di Palembang, tapi juga Jakarta. Kenyataannya di Purwakarta juga, Bogor juga, Subang juga. Aneh lah Pemerintah teh AN**NG
Lewat puncak, masuk Cisarua kawasan taman Safari dengan segala hal berbau safari seperti nama hotel dan restoran di daerah itu. Lalu TWM terlewati. Sehabis itu jalan benar-benar belum pernah dirasai ban motor milikku. Masuk Bogor lebih jauh, kawasan Tajur... Terus samapai terminal Baranang Siang, dimana yang saya temui tugu Kujang, tata kota yang keren. Bogor sejuk, jalan lebar penuh angkot. Yang saya perhatikan adalah seorang pengemudi matic putih wanita berpakaian kantor yang berbagi pandang dengan saya saat lampu merah. Sekitar 30 menit lebih kami saling tutur dan balap, kecepatan aman di jalan Bogor yang lancar. Itu di jalan Siliwangi, yang setahu saya ada roti Unyil dan Mall.
Ada lagi, yang menarik perhatian, iaitu anak sekolah, enatah SMP atau SMA di salah satu dari sekian banyak angkot hijau didepan saya saat itu yang melihat dan agak memperhatikan saya. Saya kagum ke Tuhan, karena menciptakan makhluk semanis anak sekolah itu, berkulit putih dan agak Chinesse.
Disalah satu persimpangan di ruas jalan di tengah kota Bogor, karena terjebak lampu merah dan ambil jalur kiri, dimana kiri jalan terus, saya diklakson, terpaksa ambil kiri. Seingat saya, itu sekitar Kebun raya, seperti yg diketahui banyak orang, Bogor punya Istana, Kebun Raya, IPB, Roti Unyil, dll.
Ambil kiri, yang saya dapati jalanan seperti Bubulak, Parung, Ciomas. Saya di jalan ingin segera beresi perjalanan siang hari panas, yang mana pergelangan jaket saya angkat biar terbakar merata kulit saya di tangan. Tak bawa kantong tas, buat saya tidak terlihat sebagai turis dan juga saya jadi gak kebawa sarung tangan hijau yang berguna agar menghalangi kontak langsung matahari yang ganas. Hasilnya kulit tangan saya terbakar agak merah.
Sepanjang Bogor, setelah masuk Tajur, yang ingin saya temui di pinggir jalan itu warnet dan supermarket.
Warnet, agar bisa update status facebook dengan lokasi tidak dari kota saya Bandung yang umum dilakukan kami warganya, tapi Bogor atau Cisarua. Ingin juga buka blog, dengan tampilan pengunjung dari Cisarua.
Supermarket, karena haus.
Di Dramaga, saya temui sebuah swalayan agak besar, ada beberapa orang nongkrong bertato di depannya. Bukan tukang parkir, tapi supir angkot, ngaso. Yang saya beli beberapa minuman penghangat tubuh sachet dan sebungkus rokok keretek dengan huruf besar A serta tak ketinggalan minuman bervitamin C yang iklannya dibintangi Miss Univ seksi di teve. Tidak terlalu dingin minuman itu, padahal sudah saya ambil di lemari pendinginnya dengan kacanya yang besar-besar itu.
Bogor panas sialan!
Gak Hujan lagi! padahal di tempat tinggalku dan sekitarnya saat ku pulan basah habis beres kena hujan. Di kawasan Dramaga itu kilometer berada di sekitar 460an. Sekitar 110 km dari tempat yang kuingat selalu dekat kawasan berdinding kapur, Tagog Apu.
Menepi di bawah flyer besar iklan rokok. Di seberangnya ada juga yang nongkrong, beberapa motor. Sembari diam, saya menghisap tembakau. Lalu cek beranda facebook, melihat-lihat status teman. Ada satu yang menarik saya saat itu, detailnya saya lupa. Yang jelas, pemilik status itu orang yang selalu bawa emosi lain ke gua, melebihi emosi yang didapat dari teman lain. Dia adalah si istimewa.
Beres satu batang, sekitar kurang dari 20 menit, saya melaju perlahan. Menanyakan arah pada 2 orang anak muda, yang panggil saya kaka dalam bahasa daerah yang sama, Sunda, 'Aa'. Yang saya tanyakan adalah direksi untuk ke Tajur. Yang saya dapati arahan untuk berbalik arah menyusuri jalan yang tadi terlewati. Daerah itu ada terminal Leuwi Liang, artinya adalah sungai kecil lubang, aneh juga Sungai Kecil Berlubang dijadikan nama tempat, didaerah kami gak ada.
Saya tanyai kedua anak muda tadi, yang saya terka masih SMA dengan bahasa Indonesia saja, bukan Sunda. Mereka jawabpun dengan Indonesia.
Sebelum keluar Bogor kembali isi bensin, waktu sudah sore sampai Puncak. Kembali disitu ada kendaraan oknum yang minta pengguna jalan lain menepi, memberikan jalan. Kali ini hanya sebuah mobil warna krem, Ambulans.
Saya lewati lagi jalan yang sama dengan agak lelah berballik arah, puluhan kilometer. Keluar Cianjur sudah mulai agak gelap. Berenti sebentar di mesjid yg tidak sama dengan tadi siang. Kali ini Ciranjang. Asar Magrib diselingi roko dan pergi dengan bayar parkir. Pulang setelah lagi-lagi jajanin motor di SPBU. Thanks Dude, You've Taken Me So Far That I Really Exhausted Me Myself And U
_____________________________________ 20112011 1804
No comments:
Post a Comment
komentari dengan santun dan hati